Jumat, 16 Maret 2012






TCUKIMAY adalah salah satu band THRASHPUNK yang berasal dari kota bandung, jawa barat, Indonesia. Penggunaan dari kata TCUKIMAY sendiri, ”BUKAN ARTI SEBENARNYA” seperti yang diketahui khalayak masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun kata TCUKIMAY menurut kami mempunyai artian tersendiri yaitu ungkapan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap berbagai sistem dan aturan atau pakem yang sudah ada, terutama dalam hal bermusikalitas!! Dibentuk pada tahun 1999 dengan formasi awal 5 orang, seiring waktu mengalami beberapa perubahan, dan semenjak tahun 2006 hingga kini menjadi 4 orang yaitu : lookass (vocal), cuky (bass & back vocal), ndih slayer (guitar), ikiss (drum). Dalam bermusik TCUKIMAY tetap peka dan peduli akan budaya lokal, karena kesadaran akan keberagaman budaya di Indonesia, terutama dalam hal musikalitas. salah satunya adalah berkarya dan berkolaborasi dengan sejumlah musisi tradisi seperti iman zimbot (dari SMKI), mang ayi (tarompet sunda dari subang), tatang (spesialis kendang sunda) dan sejumlah musisi tradisi lainnya. Hingga kini TCUKIMAY sendiri terus membuka diri untuk bereksplorasi dengan berbagai bentuk budaya, tanpa batasan geografis dengan tetap mempertahankan dan menjaga idealisme thrashpunk itu sendiri. Dengan semangat menghargai perbedaan dan keberagaman, tetap menjalin persaudaraan dan kebersamaan.

TRAGEDI KONSER MUSIK


Kembali lagi konser musik di tanah air menelan korban jiwa. Kasus meninggalnya penonton akibat konser musik memang bukan untuk pertama kalinya terjadi di Indonesia. Masih segar dalam ingatan kita ketika konser-konser musik maut yang terjadi pada konser Sheila On 7, Pas Band, dan Ungu beberapa waktu lalu juga meminta nyawa manusia. Hal ini mencerminkan masih banyak pekerjaan rumah yang mesti dibenahi dalam wajah industri hiburan tanah air agar berlansung aman dan kondusif.

Sabtu malam. Tak ada yang bakal mengira jika hari itu bakal terjadi tragedi maut. Karena suasana cukup kondusif meski dari sore hari hujan gerimis sempat turun tapi minat penonton untuk hadir tetap luar biasa banyaknya. Konser launching album Beside yang diselenggarakan di gedung Asia Africa Cultural Centre (AACC) Bandung pada hari Sabtu, 9 Februari 2008 ini memasang tarif seharga 10.000 rupiah. Konser tunggal yang diselenggarakan oleh event organizer EnkInkEnk ini hanya menampilkan band Beside doang namun ternyata sanggup menarik antusias massa luar biasa hebatnya. Awalnya, gue sendiri datang ke venue AACC sekitar pukul 18.30 malam untuk meliput konser musik ini. Jadi gue pengen menonton dari awal hingga akhir acara. Karena gue gak pengen melewatkan konser ini makanya gue datang cukup awal. Gue belum masuk aja, sudah terlihat antrian panjang dan bergerumul di depan loket. Di samping loket masuk, ada stand penjualan merchandise seperti T-shirt band dan kaset album yang juga cukup diminati massa. Penonton yang sudah bergerumul di antrian masuk membuat gue juga susah untuk masuk. Padahal jam segitu acara belum dimulai. Baru ketika menginjak pukul 19.00 malam, acara mulai dimulai oleh MC dan band Beside berada di panggung untuk mulai memainkan lagu-lagunya yang beraliran metal.

Di tengah konser, gue berada di tempat pers yang berada di lantai atas venue. Dari atas gue melihat bahwa kerumunan massa mulai menggila dengan pogo dancing yang sangat lazim di konser musik rock. Bahkan ketika pemutaran video klip yang masih menjadi rangkaian acara diputar, kerumunan penonton tetap apresiatif. Konsernya itu sendiri dari awal lagu hingga akhir lagu berlansung aman dan kondusif, tidak ada keributan, kericuhan, atau perkelahian. Hanya memang penonton sudah begitu berdesak-desakkan dan penuh banget akibat overload kapasitas alias kapasitas gedung sudah tidak lagi sanggup menampung penonton. Sehingga terlihat penonton begitu berjubel.  

Penampilan Beside sendiri berakhir sekitar pukul 20.30. Mereka cuman membawakan 10 lagu yang diambil dari debut album “Against Ourselves”. Sesudah Beside tampil, barulah tragedi ini terjadi. Gue melihat banyak korban yang berjatuhan dan pingsan akibat kekurangan oksigen. Gak bisa keitung deh berapa banyak orang yang jatuh pingsan. Pokoknya banyak banget! Beberapa orang sempat tergelepak di depan gue dan dilakukan pertolongan pertama dengan pemberian air minum pada korban pingsan. Gue sendiri sempat terjebak di tempat pers akibat banyaknya penonton di venue sebelum akhirnya bisa juga gue keluar.

BURGERKILL - SHADOW OF SORROW

Today my heart is dying
No more feeling, just a fucking thing..
Bitter taste of desperate..

Reject, dissapoint is the word
For many excuses
I've lost in my own faith..

Sold my heart to nothingness
Broken faith i cannot fix
My heart is dying...

Give me one last breath
To prove myself right

Shadow Of Sorrow..
Just A fucking thing,
Kill Me !

Give me one last breath
To prove myself right
Give me one last breath
To live my way,To live my hate..

Shadow Of Sorrow..
Dying..

PROFIL BURGERKILL




MENDENGAR nama BURGERKILL, buat kamu yang biasa berkiprah di scene underground tentu bukan nama baru lagi. Maklumlah, band yang mengusung hardcore ini termasuk 'bangkotan' di kancah musik yang kerap dituding "menonjolkan kegelapan" itu.

Lahir secara "iseng -iseng" (begitu kata Ebenk, gitaris) tahun 1995 di daerah Ujung Berung (daerah ini sering disebut Bandung Coret, karena berada di pinggiran -red), BK mengambil nama plesetan dari sebuah restoran di sekitar markas mereka.

Mungkin awalnya hanya sebagai side project dari Ebenk yang sebelumnya sudah "terjun" di scene underground di Jakarta, sebelum meneruskan sekolah di Bandung. Cita-cita mereka berubah lebih serius ketika single mereka masuk di CD Kompilasi band-band Bandung garapan Richard Mutter (dramer PAS Band -red) bertajuk masaindahbangetsekalipisan tahun 1997.

Ketika mereka masuk ke SONY MUSIC dan merilis album baru BERKARAT, ada beberapa kalangan yang menuduh BK berkhianat. Selama ini memang masih ada anggapa, major label dan indie label adalah "dua kubu" yang saling berseberangan. Lalu bagaimana tanggapan Ivan (vokalis), Ebenk (gitar), Agung (gitar), Andris (bas), dan Toto (dram) tentang tudingan itu. Lalu apa bedanya ketika masuk label besar dengan "masa-masa" ber-indie? Djoko Moernantyo dari TEMBANG.com mewawancarai secara khusus band yang personilnya memlih musik sebagai jalan hidup mereka.

Apa tanggapan kalian dengan tudingan sebagian komunitas scene underground sebagai pengkhianat, lantaran masuk ke label major?
Kalau dari kita, terserah bagaimana mereka menyikapi apa yang kami putuskan ini. Yang jelas, meski kami masuk ke label besar, kami masih diberi kebebasan untuk memilih warna musik kami. Kita dibebaskan untuk mengemas konsep musik, lirik, sampai konsep video klip.

Jumat, 02 Maret 2012

Vicky - Burgerkill


photo

Kematian Ivan Burgerkill




Tanggal 27 Juli kemarin adalah tepat setahun kepergian Ivan 'Scumbag' Firmansyah, vokalis band metal papan atas Burgerkill. Di hari yang sama Burgerkill dijadwalkan manggung pada acara Gerilya Musik Underground #10 di Jakarta dengan vokalis yang baru. Catatan singkat dalam setahun terakhir untuk mengingat Scumbag dan menjumpai masa depan Burgerkill yang baru. Sang, sueur et larmes!...

Kamis, 27 Juli 2006, tangis dan duka pasti menyelimuti kalangan keluarga besar Burgerkill serta masyarakat metal Indonesia. Ivan sempat koma selama tiga hari di RS Santo Yusuf Bandung dan memakai alat bantu pernafasan. Setelah di-diagnosa dokter bahwa tidak ada harapan lagi untuk hidup, selang oksigen dan infus yang melekat di tubuhnya mulai dilepas. Siang itu juga Ivan langsung dibawa ke rumahnya di daerah Rancaekek. Dan akhirnya sekitar pukul 17.40 WIB, dia pun dipanggil menghadap yang kuasa. Rest in peace...

Seorang maestro yang sangat total berdedikasi terhadap dunia yang digelutinya harus pergi terlebih dahulu diiringi karya masterpiece terakhir sepanjang karir bermusiknya, menurut Ebenz dkk. Kepergian Ivan juga mengundang apresiasi bekas bassis Burgerkill sekaligus sahabat dekatnya, Iman Rahman a.k.a Kimung, yang menulis buku biografi almarhum Ivan Firmansyah berjudul Myself ; Scumbag Beyond Life and Death. Buku ini rencananya akan dirilis dalam waktu dekat oleh penerbit Minorbooks.
"...Aku harus tetap bertahan, terobos keterbatasanku. Kan kunikmati derita ini. Kan kunikmati rasa sakit ini. Aku memang sakit! Selamat datang dunia maya. Dan teman tak kasat mata! Selamat tinggal dunia waras. Dunia yang penuh bencana! Persetan dengan hidupku dan celotehanku... "

Sebulan sepeninggal Ivan, Burgerkill sempat dibantu Yadi Behom [Motordeath] dalam konser launching album Beyond Coma and Despair, di Bandung. Kemudian posisi vokal diisi sementara oleh Teguh [Right 88] untuk sejumlah proyek show Burgerkill, termasuk dalam tour fenomenal mereka di Jatim dan Bali, Januari 2007.

Sepulang dari tour, Ebenz dkk melakukan audisi secara terbuka untuk mencari vokalis tetap di line-up mereka. Proses yang berjalan hampir enam bulan itu akhirnya membuahkan hasil. Orang pilihan yang beruntung dan dianggap punya kapabilitas terbaik itu adalah Viki [eks Heaven Fall]. Aksinya bersama Burgerkill sudah bisa ditonton pada beberapa jadwal konser mereka yang cukup padat belakangan ini.

Yeah, Burgerkill sedang berlari saat ini. Ebenz dkk mulai menulis materi musik anyar di studio mereka, sambil menyiapkan sebuah dokumenter DVD yang merekam segala perjalanan karir Burgerkill selama 12 tahun. Klip terbaru Burgerkill yang berjudul Angkuh sudah mulai diputar di berbagai stasiun tv swasta. Pihak manajemen Burgerkill juga baru saja membuka fans club resmi yang dikasih nama Begundal Hellclub. Ditambah situs resmi mereka yang sedang dalam proses konstruksi. Run to the kills!...

Suatu impian besar memang memerlukan semangat, usaha dan kerja keras. Setelah setahun kepergian Ivan Scumbag, band ini terbukti tetap tangguh dan terus melaju kencang. Burgerkill sekarang adalah gitaris Ebenz dan Agung, drummer Andris, bassis Ramdhan, vokalis Viki, dan sebuah masa depan...



Sumber: http://www.apokalip.com/webzine/eksplorasitiadahenti/burgerkill-beyond-scumbag-new-faith-www.apokalip.com.html

[Coming Soon] My Self : Scumbag : Biografi Ivan Burgerkill


kukencani malaikat maut
dalam penjara batin biar kupendam semua benci

dan dendam
hilang identitas diri tanpa disadari

terasing dalam kumpulanku
terhanyutku dalam lamunan

basa-basibahasa jadi basi
tak pernah kusangka
luka semakin menganga

cengkram mulut dan asaku
tanpa harapanku

beri aku ruang gerak

Ivan Scumbag, 2000

Ivan, Scumbag Begundal Hardcore Ugal-ugalan adalah pionir generasi pendobrak Ujungberung Rebels. Bersama bandnya Burgerkill, ia membuat terobosan-terobosan besar yang lalu semakin mengangkat dinamika musik independen ke tataran yang lebih tinggi dan fenomenal. Yang kemudian menjadi sangat personal, dengan segala pencapaiannya, Ivan tak lantas berubah menjadi sosok lain. Ia tetap dengan segala kerendahan hatinya, membumi bersama mereka yang mengusungnya. Buku ini mengisahkan Ivan dengan segala kompleksitasnya. Kisah hidupnya, Ivan sang musisi, rockstar, cita-cita, harapan dan kekecewaan, totalitas bermusik yang lalu mengantarnya menjadi besar, semakin besar, semakin besar, bahkan lebih besar dari hidupnya, serta segala ironi yang mengintip dengan kejam di balik kebesaran itu, mencuri jiwanya diam-diam…
Buku biografi Burgerkill’s Scumbag rilis!
Myself : Scumbag Beyond Life and Death oleh Kimung Minor Books 2007
Launching 11 November 2007 jam 15.00 – 18.00
Commonroom, Jl. Kyai Gede Utama No.8
Dateng, ketemu disana!
buku bisa didapatkan di omuniuum atau email kami untuk mailorder…
harga buku di omuniuum : rp 65.000

PENJARA BATIN BURGERKILL

Sulit tuk ungkapkan beban pikiran
Mati terbelenggu angan-angan
Terkunci erat tanpa bisa berontak
Aku terlahir cacat di jiwa
Umpat diri ini setan iblis neraka
Mencakar muka luapkan emosi
Kesepian ini adalah penderitaan
Butakan hati nurani
Mendung kelabu gores pilu
Hancur luluh tak berbentuk
Penjara batin.. Umpat diri
Penjara batin.. Umpat hati
Putus asa tiada tara
Siksa batin gores jiwa
Nyalang hitam gurat sesal
Gelap malam hilangkan akal

KOMUNITAS PANCEG DINA GALUR

Panceg Dina Galur Komunitas Metal Bandung... PDF Print E-mail
Written by Mang Kabayan   
Friday, 06 November 2009 08:35
”…Panceg dina galur/babarengan ngajaga lembur. Moal ingkah najan awak lebur…” (Teguh dalam pendirian, bersama-sama menjaga kampung dan persaudaraan. Tidak akan bergeming walaupun badan hancur lebur). Petikan naskah kuno Amanat Galunggung yang dituliskan Rakeyan Darmasiksa (Raja Sunda Kuno yang hidup pada 1175-1297 Masehi) itu disadur menjadi lirik lagu berjudul ”Kujang Rompang” oleh Jasad, sebuah band beraliran death metal asal Bandung. Lagu ini ikut memeriahkan Deathfest IV, festival akbar death metal yang diadakan di Lapangan Yon Zipur, Ujungberung, Bandung, Sabtu (17/10). Ribuan anak muda, mulai dari pelajar SMP hingga mahasiswa, larut dalam hiruk-pikuk event musik metal yang disebut-sebut terbesar di Asia ini.



Filosofi panceg dina galur bukanlah sekadar inspirasi dalam berkarya musik bagi Jasad, melainkan juga menjadi pandangan hidup seluruh anggota dan penggemar musik metal di Bandung, khususnya yang bernaung di daerah Ujungberung.

”Mau seperti apa pun kita, macam mana bungkusnya, yang penting grass root (akar bawah) harus kuat. Harus sadar dan jangan lupakan budaya kita,” ujar Mohammad Rohman, vokalis Jasad.
Bagi masyarakat awam, bahkan dibandingkan komunitas band metal lainnya di Indonesia maupun dunia, keberadaan subkultur band death metal asal Ujungberung ini merupakan sebuah paradoks. Musik metal, tetapi lirik dan pesan nyunda adalah perpaduan yang sulit ditemukan di tempat lain.

Ketika di banyak tempat sub-subkultur atas nama aliran musik berhaluan Barat macam punk, grunge, maupun grindcore gencar melakukan perlawanan budaya lokal, entitas penggemar musik metal Ujungberung yang berada di wadah Ujungberung Rebels dan Bandung Death Metal Sindikat itu justru melakukan hal sebaliknya.

Sebagai contoh, konser Death Festival IV yang diikuti 12 band death metal itu mengangkat tema kampanye penggunaan aksara kuno. Di festival yang menjadi salah satu pembuka penyelenggaraan Helar Festival 2009 (festival industri kreatif di Bandung) itu, panitia membagi-bagikan leaflet mengenai cara menulis aksara sunda kuno kagana kepada penonton yang rata-rata masih berusia ABG.

”Di sekolah-sekolah, saya lihat, ini (kagana) tidaklah diajarkan. Daripada kelamaan menunggu pemerintah bertindak, kami duluan saja yang mulai bergerak,” ujar Rohman yang biasa disapa Man ”Jasad” ini di sela-sela konser.

Di luar panggung, Man dan kawan-kawannya kerap memakai iket kepala sebagai penanda identitas kultur Sunda. Meski, sehari-harinya mereka tidak lepas dari jaket kulit hitam maupun aksesori anting-anting dan tato.

Upaya mengenalkan tradisi Sunda tidak terhenti di sana saja. Di dalam berbagai kesempatan, anak-anak Bandung Death Metal Sindikat kerap menyisipkan pertunjukan karinding, celempung, dan debus.
”Kesenian karinding yang selama 400 tahun tenggelam coba kami hidupkan kembali,” tutur Dadang Hermawan, anggota Bandung Death Metal Syndicate. ”Di tiap Minggu dan Jumat melakukan tumpek kaliwon di Sumur Bandung dan Tangkuban Parahu untuk membicarakan kesenian Sunda,” tutur Man Jasad kemudian.

Terbanyak di dunia
Kelompok band metal yang ada di Ujungberung bahkan disebut-sebut yang terbanyak di dunia. Sejak awal 1990-an hingga kini, band-band metal tumbuh subur di Ujungberung. Saat ini terdapat sekitar 200 band metal hanya di wilayah pinggiran Kota Bandung ini.

”Padahal, Bandung hanya kota kecil jika dibandingkan dengan kota-kota di Jerman. Apalagi, di sini band-band ini kan harus dikondisikan bisa bertahan hidup di tengah banyak persoalan dan tekanan aparat,” tutur Philipp Heilmeyer, mahasiswa sosial-antropologi Goethe Universitat Frankfurt, terheran-heran.

Philipp sudah tiga bulan ini berada di Bandung untuk melakukan prapenelitian mengenai kehidupan kaum metal di Ujungberung ini. Hal lain yang menarik perhatiannya adalah mengapa komunitas metal di Ujungberung ini bisa bertahan justru dengan tetap berpijak pada nilai-nilai tradisi.

”Di Jerman, kaum metal biasanya lekat dengan kebiasaan mabuk-mabukan dan narkoba. Tetapi, mereka di sini malahan melakukan ini,” ucapnya sambil merujuk kegiatan sosialisasi aksara kagana yang dilakukan Bandung Death Metal Sindikat.

Yang disesalkan Aris Kadarisman (35), pentolan grup band Disinfected, masyarakat, khususnya kepolisian, melihat kaum metal justru dari sisi kelamnya.

Perang melawan stigma bahwa musik metal tidak identik dengan kekerasan, narkoba, dan semacamnya menjadi semakin sulit pascatragedi konser maut grup band Beside di Asia Africa Culture Center yang mengakibatkan tewasnya 11 penonton, Februari 2008. ”Padahal, ini terjadi lebih karena persoalan teknis, tidak cukupnya kapasitas tempat,” ucapnya.

Kemandirian ekonomi
Di tengah-tengah dorongan untuk mewujudkan mimpi memiliki gedung konser yang representatif, anak-anak metal ini seolah-olah terusir dari kota kelahirannya. Konser di gedung maupun tempat terbuka kini menjadi hal langka buat mereka. Deathfest IV pun bisa terwujud karena menggandeng kegiatan Helarfest 2009.

Kondisi ini pun disayangkan Ketua Bandung Creative City Forum Ridwan Kamil. Menurut dia, jika dilihat lebih jauh dari dalam, komunitas metal di Bandung menyimpan keunggulan yang luar biasa besar. Keunggulan itu terutama soal kemandirian ekonomi.

Dari musik yang diciptakan, didukung loyalitas para penggemarnya, secara tidak langsung itu menumbuhkan pula industri fesyen, rekaman, bahkan literasi.

Setidaknya, ada enam titik simpul industri fesyen yang dirintis sesepuh band metal di Ujungberung semacam Scumbagh Premium Throath yang didirikan almarhum Ivan Scumbag dari Burgerkill.
”Jika musisi lain itu filosofnya adalah musik untuk kerjaan, kami justru sebaliknya. Dari kerjaan, bisnis, ya untuk menghidupi musik,” tutur Dadang. ”Sebab, musik ini adalah the way of life kami. Tidak semuanya bisa dinilai dengan uang. Art is art, money is money,” ucap Man Jasad menimpali.

Tidak diragukan lagi, kekuatan ketabahan hati dan pikiran inilah yang membuat kelompok metal di Bandung ini tetap bertahan. Persis sesuai dengan paradigma mereka: panceg dina galur, moal ingkah najan awak lembur! (Yulvianus Harjono)

FENOMENA SUBKULTUR
Panceg Dina Galur Komunitas Metal Bandung...
Jumat, 6 November 2009 | 03:10 WIB
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/06/03101892/panceg.dina.galur.komunitas.metal.bandung...
Meski pertunjukan musik baru mulai selepas maghrib, pada siang hari yang sangat terik itu mereka sudah nongkrong menunggu band-band idola mereka manggung. Sambil mengenakan kaus hitam bermotif seram dan atribut metal lainnya, mereka antusias menunggu.
Last Updated on Friday, 06 November 2009 08:39

BANDUNG BERISIK



BANDUNG BERISIK adalah nama sebuah icon acara musik underground di kota Bandung yang digagas oleh komunitas musik metal tertua di Indonesia yaitu Ujungberung Rebels, Homeless Crew. Musik yang ditampilkan pada acara ini sifatnya spesifik dan eksklusif. Genre musik yang menjadi ciri khas acara ini adalah genre musik metal yang tumbuh subur di kalangan komunitas underground di kota Bandung. BANDUNG BERISIK berbeda dengaan pelaksanaan Event metal lainnya Dikarenakan yang diusung adalah menampilkan keberagaman genre musik metal underground dengan segala bentuk pengembangannya baik dari sisi musikalitas maupun fashion dari para penonton yang mengapresiasi ,
BANDUNG BERISIK telah terlaksana sebanyak 4 kali ( 1995-2003 )
BANDUNG BERISIK I : 23 September 1995 lokasi di Lapangan Kalimas, Ujungberung
BANDUNG BERISIK II : 20 Juli 1997, Gor Saparua Bandung
BANDUNG BERISIK III : 13 Juni 2002, Gor Saparua Bandung
BANDUNG BERISIK IV : 10 AGUSTUS 2003 Stadion Persib